Wednesday, January 21, 1981

Gerak Jalan Santai

Seperti yang sudah-sudah bada ulangan umum diadakan class meeting, untuk urusan olah-raga kelasku 2 IPA 8, Apadela, sudah lumrah kalau basket dan voli putra dan putri masuk final, kelasku memang kompak sih!. Cuma kalau gerak jalan nanti dulu, perlu latihan keras.

Untuk melatih tim gerak jalan putri sih gampang sebab mereka mudah diatur dan begitu kompak. Buat mengatur tim putra Adi Tri Tyasmadi, yang lebih sering dipanggil Adi tetek (Adi TT), pusing 7 keliling. Mending WO aja deh! Percuma nggak menang juga.

Panitia nggak kehilangan akal, buat kelas yang tidak mengikuti lomba gerak jalan diberi denda Rp 20 ribu untuk 1 tim, jumlah yang sangat besar bagi kami waktu itu, sebagai gambaran makan di warung bu Imron 200 perak sudah kenyang.

Agar nggak kena denda peserta harus unjuk kebolehan di lapangan basket dan berjalan memutari sekolah minimal sekali dari 3 putaran. Sekarang saatnya perlombaan, Apadela tanpa persiapan.

Tim putra Apadela yang aku ingat Aria, Deden, Edi bajaj, Edi kumis, Agus ponco, Benny kris dan Adi tetek yang jadi komandan dengan 1 misi, kelas nggak didenda, pertahankan 20 ribu perak sekuat tenaga.

Eh, saat parade di lapangan mereka bercanda bahkan lebih tepatnya melawak. Penonton pada tertawa, mereka mengerumuni lapangan basket dengan gelak tawa.  Bagaimana penonton nggak geli, diperintahkan hadap kiri ada yang hadap kanan, diperintahkan hadap kanan ada yang hadap kiri, bahkan mereka berdiskusi saat lomba. Pasukan yang sungguh berani, maksudku berani malu.

Sekarang harus mengelilingi sekolah ada perintah komandan, “Pasukan siap! Maju jalan!”, langkah pertama langkah tegap setelah itu jalan santai. Percuma aja Adi memberi aba-aba tu, wa, ga, pat, kiri, kanan, mana ada jalan santai aba-aba itu. Penonton makin terpingkal-pingkal.

Keluar gerbang belok ke kanan mengelilingi sekolah masih dengan jalan santai, sekarang sudah satu putaran penuh Adi masih dengan aba-aba tu, wa, ga, pat, kiri, kanan sementara pasukan sudah bubar. Buat kami nggak harus mendapat hadiah, nggak didenda sudah cukup, mission accomplised!.

Pengumuman pemenang diadakan saat upacara, kelas 2 IPA 8 mendapatkan hadiah juara 2 basket putra, juara 1 voli putra, juara 2 basket putri, putri juara 1 voli putri, juara 2 gerak jalan putri.Apadela juara umum. Hebat kan?.
Pengumuman yang dibacakan Prety Multiharlina ’81 belum berakhir masih ada 1 yang tertinggal, begini bunyinya, “Pengumuman berikutnya juara favorit lomba gerak jalan ...... 2 IPA 8”.

Hebat nggak tuh Apadela, bercanda saja dapat hadiah.







Tatik Budiharti 02 January at 10:56 Reply • Report
Perasaan kl volley gue suka masuk team deh.
Krisyantobenny Benny 02 January at 20:17 Reply • Report
ha ha ha xi xi xi gue ngak pernah ikut ikut olah raga
Iriana Wihardja 03 January at 22:57 Reply • Report
Beneran juara apa karangan omen aja yaaaaa...yyaaaaaa
Tatik Budiharti 03 January at 23:01 Reply • Report
Ini kayaknya memang omen yg ngarang,omen pelajaran bu Ani kan sll dpt nilai 8.
Ratih Puspawati 10 January at 11:23 Reply • Report
hahahaha..... kok ngga inget sama sekali yah??????

Tuesday, January 13, 1981

Topi Merah

Semua orang di angkatanku dulu pasti mempunyai topi berwarna merah yang diberikan saat kami melakukan study tour dengan tiga pilihan yaitu: Jakarta, Bandung atau Jogjakarta. Ada lambang Smandel di bagian depan topi sedangkan di samping kanan dan kiri bertuliskan SMA Negeri 8 Jakarta namun tanpa embel-embel t.o.p.b.g.t.

Sabtu sore menjelang pulang sekolah aku bilang ke kawan-kawan Apadela, 2 IPA 8, supaya hari Senin membawa topi merah untuk dipakai saat upacara. Biasalah masing-masing kelas berusaha lain sendiri supaya kelihatan lebih eksis tak terkecuali kelas kami.

Senin siang semua sudah siap untuk upacara dengan seragam putih-putih. Kenapa aku bilang upacaranya Senin siang karena di zaman kami kelas 1 masuk siang, kelas 2 sebagian siang dan sebagian pagi sedangkan kelas 3 semua masuk pagi. Waktu itu semester 4 kelas kami giliran masuk siang.

Hebatnya semua orang di kelasku nggak ada yang tertinggal membawa bawa topi merah. Semua senang karena ingin memberikan kejutan, kecuali seorang kawan yang dari tadi jalan bolak-balik di kelas gelisah kayak cacing kepanasan, siapa lagi kalau bukan Iwan si ketua kelas. Akhirnya ia menghampiriku, “Men, dibatalin aja deh upacara pakai topi merah”.
“Kenapa Wan? Ini kan topi SMA 8 ada tulisan dan lambangnya lagi”.
“Iya, tapi kan topi upacara warnanya putih!”
“Lagian siapa yang masih punya topi upacara kecuali anak seksi Upacara”
“Gini aja, topi ini gue bawa tapi nggak gue pake. Kalau dimarahin elo yang tanggung jawab”.
“Iya udah gue yang tanggung jawab! Elo tenang aja”.

Kelas kami terlihat mencolok dengan topi merah saat upacara. Inspektur upacara bukan bu Hilma, jadi area perjudian ditutup karena nggak bisa menghitung jumlah kata “yaitu” yang diucapkan beliau.

Pak Amri inpektur upacaranya, seperti biasa selalu membawa catatan kecil berisi pengumuman, beliau juga menyampaikan bahwa sebaiknya semua peserta memakai topi supaya terlihat rapih dan kompak, namun pak Amri tidak mengucapkan, seperti kelas kami, mungkin khawatir kelas lain menjadi minder.

Selesai upacara kawan sekelas terlihat senang, tak terkecuali Iwan si ketua kelas, karena hari itu kelas kami lain sendiri. Mungkin pertama kali dalam sejarah Smandel, hebat nggak tuh!.

Topi merah dikumpulkan di lemari untuk dipergunakan pada upacara berikutnya.

Sambil tersipu-sipu Iwan menghampiriku.
“Men, tadi elo lihat gue nggak waktu upacara?”.
“Nggak Wan. Elo di depan sih! Gue tadi ngobrol aja di belakang”
“Nggak Men”
“Emang kenapa Wan?”.
“Nggak ...! Gue cuma mau bilang .... tadi topinya gue pake!











Krisyantobenny Benny 02 January at 20:14 Reply • Report
lupa lupa ingat, habis saya suka datangnya telat, ha ha ha xi xi xi
Ady Rosdarmawan 02 January at 20:18 Reply • Report
Gw cm inget kalo camping & naik gunung dg Pipin aja...he...he...he...
Iriana Wihardja 03 January at 22:52 Reply • Report
GW KOK LUPA INGATAN KALO PERNAH PAKAI TOPI YAAA..YAAA
Kania Nursanti 04 January at 15:31 Reply • Report
kok aku ngak ingget .........
yang ingget sering jalan bareng pipin ....... perpisahaan di rumah fira
Pipin Amarawati 07 January at 15:58 Reply • Report
Gue gak inget.... yang gue inget anak 2 ipa 8 kompak banget sama anak 1ipa 8 apalagi kalo urusan camping dan naek gunung .. nah kalo itu baru chormen punya cerita
Nursyamsi Kurnia Utama 07 January at 16:40 Reply • Report
pasti donnnnnnnnnnnnnnnnnng ingat sama teman teman gw yg canti canti dan ganteng ganteng hahahahahaha alama keceplosan .
Ratih Puspawati 10 January at 11:26 Reply • Report
Duh Si, bener2 ngga inget, tp kalo bener begitu kejadiannya busyet deh lucu banget pastikan? trus gw pasti lagi ngakak hahahaha....
Willem Teddy Usmany 13 January at 23:42 Reply • Report
Lupa tuh....., setuju sama Pipin., klo Apadela ingat bgt......!!!!

Saturday, January 3, 1981

Akibat Kepergok Makan Tahu


Akibat Kepergok Makan Tahu
Chormen
Angkatan 1981
Buku 50 tahun Smandel
Masih ingat pak Sunyoto? Guru bertubuh kurus tinggi, berkacamata, dan selalu naik motor Lambretta tua kalau datang ke sekolah. Jika diperhatikan dengan seksama, pada cat biru tua yang membungkus motornya terdapat tarikan kuas yang rapih, mungkin dipoles sendiri oleh beliau. Maklum pak Sunyoto guru gambar.

Di beberapa bagian cat yang terkelupas terlihat beberapa warna menandakan si Lambretta sudah beberapa kali ganti warna. Tapi mesinnya selalu tokcer dan terawat. Pantaslah kalau beliau juga menyandang predikat guru mesin yang termasuk pelajaran pilihan.

Cerita ini terjadi sewaktu aku duduk di kelas 2 IPA 8, kumpulan anak urakan. Tapi soal kompaknya jangan ditanya deh. Hampir setiap malam minggu kami berombongan naik gunung. (Baca: APADELA, persahabatan lintas kelas dan angkatan).
Bahkan pernah merayakan ulang tahun seorang teman, satu kelas yang urakan itu juga naik gunung (“Ini kejadian pertama di Smandel,” kata almarhum Danar, Ketua Umum Festival 8 yang wafat beberapa bulan silam).
APADELAERS, Willem, Deden, Ponco, Gaok, Iyus, Umbul, Ai, Erico, Pacet, Ade, Azwardi, Sulis, dkk

Wali kelasku saat itu Pak Sachroni, guru bahasa Jerman yang mengingatkanku pada lagu Iwan Fals, Umar Bakrie, karena beliau selalu datang ke sekolah dengan menggenjot sepeda. Satu kali Pak Sachroni cuti mengajar selama tiga bulan karena pergi ke Jerman. Penggantinya adalah ibu Frida yang saat itu masih mahasiswi, baru pertama kalinya mengajar, dan, aduh, sedang ‘segar-segarnya’. Keruan saja suasana kelas nggak pernah bisa serius belajar, tapi selalu ‘serius’ kalau mengamati sang pengajar. Lho, kok malah ngomongin ibu Frida padahal judulnya pak Sunyoto?

 
Balik ke kisah utama, di kelasku ada stereo sound system bawaan teman (rasanya pertama juga di Smandel), beberapa guru mengijinkan musik diputar kalau sedang menyalin catatan, termasuk guru kimia pak Tatang. Mungkin juga karena hal itu membuat mereka rileks. Begitu juga dengan pak Sunyoto. Apalagi gambar dan musik sudah seperti saudara kandung, jadi beliau lebih tidak keberatan lagi untuk urusan ini. Begitulah, setelah memberi tugas, pak Sunyoto mengijinkan kami menyetel musik. Lalu beliau meninggalkan ruangan.

Setelah itu, satu persatu teman kelasku keluar mencari jajanan. Karena makin lama makin sedikit jumlah murid di kelas, tergoda juga imanku sehingga memutuskan ikut keluar. Aku beli gorengan tahu isi di kantin. Celakanya, tiba-tiba pak Sunyoto lewat di depan mukaku persis ketika gorengan itu, glep, masuk ke dalam mulut.

Sejak itu oleh pak Sunyoto, di belakang namaku ditambah tulisan makan, lengkapnya Chormen Makan, seolah Makan menjadi margaku. Untungnya aku yakin pak Sunyoto pasti baik hati, bukan tipe guru pendendam.

Aku jadi senang menggambar. Gambar proyeksi dan perspektifku masuk hitungan. Pak Amri yang juga guru gambar pasti membenarkan. Lalu satu ketika aku lewat depan kantor saat pak Sunyoto selesai memeriksa ujian menggambar. Kudengar pak Amri menyapa beliau dan bertanya, “Jadi yang paling bagus Chormen ya pak?”
“Iya,” jawab pak Sunyoto mantap.
“Eh itu orangnya lewat,” Mata pak Amri rupanya sigap juga melihat sosokku yang mendadak salah tingkah. 
Sumpah mati, senang banget aku mendengar. Dan, gara-gara ‘glep' aku punya nilai 9 (sembilan) di atas ijazah SMA terbaik di Indonesia.

Senang? Nggak juga. Aku bahkan sedikit menyesal, mengapa waktu itu nggak kepergok pak Sunyoto lagi makan ketoprak?

Thursday, January 1, 1981

Upacara Pertama

Mengawali tahun 1978 ada sedikit yang istimewa yaitu aku tidak bersekolah di eSeMPe lagi tapi bersekolah di Smandel.

Walau termasuk sekolah favorit banyak kawan eSeMPe-ku nggak mau masuk Smandel karena terkenal banget dengan senam paginya. Masuk Smandel sama aja dengan teken kontrak selama 3 tahun bersenam pagi. “Ih, udah eSeMA masih senam pagi!”, itu kata mereka.

Kelas pertamaku I-1, kelasnya anak-anak pinter, ternyata banyak juga yang kacau salah satunya ya aku sendiri.


  • In this photo: SyaifullahWati Karlinovia (Photos)YantoRobert
    Added 21 January 2009 ·  · 

      • Chormen Omen Sayang banget fotonya baru nongol sekarang bagus banget kalau dimasukan ke buku 50 tahun Smandel
        21 January 2009 at 23:25 · 

      • Darma Irawan Itu yang disebelah Syaiful kan Joko ya ? Kemana Tuh anak ?
        23 January 2009 at 16:39 ·  · Report
Acara perdananya Mapatis, bukanlah suatu yang menyenangkan, banyak yang bilang justru menyebalkan. Diskriminasi secara fisik sangat mencolok, senior bercelana panjang sementara kami cuma diijinkan bercelana pendek dari negeri asal .... SMP. Kerjaan angkatan 79 dan 80 benar-benar menyebalkan. Kalau dipikir-pikir nggak banyak manfaatnya, jujur aja!.

Aku sedikit geli kalau mengingat saat disuruh membuat surat cinta, dulu aku nyontek punya Ari Wibowo, makanya aku agak susah mencari pacar soalnya Ari yang surat cintanya aku contek aja sulit mendapatkan pacar, istilah kata nggak pernah jatuh cinta tapi patah hati berkali-kali.
Foto Jadul by Wati Karlinovia

In this photo: SyaifullahWati Karlinovia (Photos)Ibu Hilma DahnirWarda Alhadi (Photos)Mas Eko
Added 21 January 2009 ·  · 

    • Chormen Omen Wati bikin cerita dong, seru banget pastinya
      22 January 2009 at 06:18 · 

    • Diah Krisdianti Waduh ternyata urang awak nich dua duanya sebagai welcomers angkatan kita..... BTW, foto satunya ayng rame rame di maillist, kelas berapa sich, ada beberapa yang gw kenal, tapi koq bukan 2PP2. Foto 2PP2 ada ngga? posting dong.....
      23 January 2009 at 11:50 ·  · Report

    • Chormen Omen ‎2PP2 gue nggak ngerti. Makanya kudu dibuat cerita
      23 January 2009 at 13:01 · 

    • Diah Krisdianti Emang elu tuch Men, mr. Blogggggg.... 2ipa2 lagi .....
      23 January 2009 at 14:53 ·  · Report
Belakangan aku sering sekali membikin surat cinta seminggu bisa 3-4 surat cinta kulayangkan untuk kekasih yang tinggal di Jakarta sementara aku di Kaltim. Eh, surat-suratku diperlihatkan kepada kakaknya yang sekarang menjadi kakak iparku, komentarnya, “Romantis nggak sih orangnya??? Setiap suratnya bikin ketawa orang aja!”. Aku yakin yang barusan dibaca bukan surat cinta dari cowok lain.

Di akhir Mapatis diadakan upacara bersama, yang menjadi upacara pertama kami. Di tengah lapangan upacara ada 11 orang bercelana pendek, mewakili 11 kelas 1, aku nggak terpilih mungkin gara-gara baris-berbaris jalanku kayak robot!, seperti kata Joni kakak pembimbing kelas I-1.
Foto Jadul by Wati Karlinovia

Added 21 January 2009 ·  · 



    • Rosana Harahap betulkan yang gue bilang kemaren (sama dgn komentar Chormen), sayang banget ini foto baru dikeluar'in sekarang..... Ini foto waktu kita baru masuk smandel setelah mampras kan... hi..hi..hi.. lucu
      22 January 2009 at 06:39 ·  · Report
Diantara kami dipilih 2 orang untuk dinobatkan menjadi Ratu dan Raja Mapatis. Kriteria penilaian adalah memperoleh tanda tangan senior yang paling banyak. Amat disayangkan memang!. Coba kriteranya ganteng, baik hati dan tidak sombong, mungkin aku yang jadi sang Raja.

Sebagai Ratu, Wati Karlinovia gadis berdarah Padang sedangkan Rajanya Saiffulah Zoelar si Urang Awak. Loh kok dua-duanya dari Padang!
Alamak, cerita ini pasti tertukar!.
Jangan-jangan cerita ini pesanan SMA Negeri 8 Padang!