Saturday, May 28, 2011

Dear Diary,

Sambil menunggu foto terutama punya Wawan dan komentar kawan-kawan saat Bakti Sosial Taman Bacaan Masyarakat di desa Sawah Luhur, Serang, aku tulis cerita 32 tahun lalu yang aku kasih judul “Dear Diary”, seandainya dulu sudah ada blog aku mungkin memberinya judul “Dear Blog”.

Di Serang aku pingin banget foto bareng Udeng, nama panggilan Puger Indrini yang pernah satu kelas denganku di 1 IPA 2, sampai kawan-kawan bilang, “Ada romantika apa nih zaman di SMA dulu?”. Aku hanya menjawab, “Entar elo baca aja di blog”.

Kebiasaanku dulu menulis diary yang berukuran A4. Aku menulis kejadian seru dan lucu terutama di sekolah, semua orang boleh membacanya, ya ......... kira-kira seperti blogku sekarang ini.

Aku selalu meletakkannya di atas meja supaya dengan mudah menulis kalau ada peristiwa seru, terkadang si diary tidak ada di tempat, biasanya kalau aku lagi celingukan mencarinya nggak berapa lama ada yang bilang, “Men, elo lagi nyari diary ya? Nih, gue lagi baca!”.

Bukan yang congkak, bukan yang sombong kalau aku bilang kawan yang badung sebangsa Saut lebih sering membaca diaryku ketimbang buku pelajaran. Bahkan ada yang lebih ekstrim dengan mengajak si diary bertadang bahkan mungkin juga begadang, “Men, gue pinjem dong! Nanti hari Senin gue balikin”. Basanya aku menulis dengan pinsil kata-kata kunci sebelum aku serahkan, “Wah, gue belum bikin cerita hari ini, gue tulis dikit ya biar gue nggak lupa”.

Udeng salah seorang fans berat diaryku, dia lebih asyik membacanya daripada mengikuti pelajaran.
“Men, pinjem dong! Gue mau baca di pelajaran bu Ani (Bahasa Indonesia)”.
“Emang bu Ani nggak masuk? Perasaan tadi gue lihat deh”.
“Bu Ani sih ada, tapi kan biasanya bu Ani cuma nyatet, nanti gue pinjem catetan orang lain aja”.
Gila bo! Niatnya dilaksanakan bersama rekan sebangkunya, Lela, dengan khusyuk. Mereka pura-pura mencatat yang ada mereka membaca diary, terkadang mereka tertawa dan tersenyum sendiri.

Pernah saat istirahat ketika aku menulis cerita, Udeng menghampiri mejaku, dengan suara memelas dia mulai bicara, “Men, cerita di diary elo asyik banget, cuma yang gue baca selalu cerita orang lain, sekali-kali nape Men, nama gue elo tulis di situ”.
“Ya udah, nanti gue tulis ............., ehhhhhhhh ....... elo mau kemana??? Disini aja ....!”.
Nggak berapa lama aku serahkan si diary ke tangannya.
“Busyet deh Men, cepet banget elo nulisnya”, Udeng mulai membaca, tertawa, lalu memanggil sahabatnya, “Lela, sini deh! Gue udah masuk diarynya Chormen”.
Sehabis membaca mereka tertawa berjamaah.

Senang deh rasanya bisa membuat mereka gembira walau tulisan yang aku buat hanya sederhana.
Udeng pingin banget namanya ditulis di diary, ya udah aku tulis aja “Udeng” di diary ini.

Saturday, May 21, 2011

Tata Boga

Kamu mungkin akan terkejut kalau mengetahui profesi baru kali ini, jangankan kamu, aku aja kaget banget. Kalau dulu selepas khitanan masal dalam rangka Festivital 8, 3 tahun lalu, banyak yang bertanya aku praktek di rumah sakit mana?. Mereka mengira aku seorang dokter. Sekarang profesi baruku lebih gila lagi!

Sebelumnya aku cerita dulu bahwa pagi ini sampai sore hari aku berada di rumah Rory untuk mengikuti pengajian dan silahturahmi angkatanku sambil merayakan ulang tahun Nining, istri pak ustad. Pengajian dengan tema “Shalat” dibawakan secara paket lengkap oleh Rory. Dia sebagai tuan rumah, seksi konsumsi, ustad, pembaca doa, dan photographer. Setelah berfoto-ria Rory menghampiriku sambil berbisik, “Men, Unik tadi bilang jangan foto-foto melulu, ada ceritanya dong!”.






Al Mukarom Kyai H. Chormen yang memberikan tausiyah disampingnya Kak Rosana pengagum Pak Kyai

Added yesterday ·  · 

    • Ahmad Himawan Unyil dan Melan.....he he he unyil udah besar
      20 hours ago · 

Kami sempat 2 kali shalat di mesjid yang tengah direnovasi, dzuhur dan ashar, sambil menunggu Mundi, Eni K yang datang bada ashar.

Di toilet mesjid ada tulisan, “Hanya Jin yang merokok di kamar mandi dan toilet”. Tulisan yang cukup mengelitik ini jangan sampai dibaca oleh perusahan rokok, bisa-bisa mereka berlomba-lomba memasang iklan rokok untuk bangsa jin.






Biar bagaimana kalau sudah mengaji hati tentram dan damai

Added yesterday ·  · 

Sewaktu acara makan siang posisiku tidak jauh dari meja makan, biar gampang nambah gitu loh. Makanan yang menemani lasagna, kakap asam anis, terayaki, tumis sawi dan somay bisa dikelompokkan menjadi 2, pertama, makanan wong kito galo berupa tek wan, empek-empek, model, dan yang kedua, makanan wong kito gilo berupa kapal selam, bagaimana nggak gilo kalau kapal selam aja dimakan.

Entah karena tongkronganku seperti seorang master chef, tiba-tiba Titi yang berdiri di sampingku bilang, “Men, kamu tuh dulu kuliah tata boga ya?”. Selagi aku berpikir Titi dapat info dari mana kalau aku master chef, Titipun melanjutkan, “Beruntung banget ya istri kamu, suaminya pinter masak”.

Betul-betul kalimat tadi membuatku bengong.
“Masakan kamu yang mana, Men?”, Titi semakin penasaran.
“Yang ini Ti”, jawabku sambil menunjuk salah satu hidangan, untung Titi nggak bertanya cara memasaknya, sudah pasti aku nggak bisa menjawab kalau ditanya seperti itu.

“Ti, aku dulu punya pengalaman seru deh waktu pertama kali masak ......... Aku dulu tuh masak air aja sampai gosong”.
“Kok bisa gosong? Kan masak air kan biasanya satu panci”.
“Udah gitu ya Ti, aku masak airnya harus buka buku resep”






Dimana saja alumni SMANDEL 81 ketemu pasti acara puncaknya foto foto foto