Saturday, September 24, 2011

Sandal Jepit


Baru saja pukul 8 pagi Deden sudah menelpon, “Jadi nggak Men?”, dia sudah nggak sabar ingin bertemu dengan kawan-kawan di Halal bi Halal Smandel 81. Aku jawab aja kalau berangkatnya jam 9. Jujur omong, bukan dia aja yang nggak sabar, sebetulnya aku juga, makanya kami berangkat agak pagi, jam setengah 10 jadinya.


10 lewat sedikit kami sudah sampai di Sate Bang Dul, Cibubur setelah menjemput Deden di pintu gerbang Kemang Pratama 3

Vocal Group Smandel
Jendro, Didut, Eko, Buset, Gelly (nyempil), Restu, Roy, the O, Baskoro, Mustakim, Bucip
duduk: Ihya, Harireko (nyempil) Jonny, Azwardi, Zainal, Adit

Panitia dan bunitia sudah pada tempatnya masing-masing, Elly asyik membungkus door price, Luci, Diah, dan Lisa mengurus makanan, Fiera menghitung uang, Rory dan Hendra menemani kawan yang sudah datang, Mundi sang Emsi mengucapkan kata sambutan saat aku menyalaminya, “Men, si Eneng tadi telpon nanyain serunya halal bi halal, gue jawab aja, elo baca aja blognya Chormen”. 
Oalah, acara belum aja dimulai sudah dimintain cerita.
Sementara panitia yang lain, Hariyanto, seperti biasa ..... setelah mengambil honor ... mangkir!

Makanan sudah siap, untuk sarapan aku memilih lumpia dan bola-bola daging bang Udin, tukang bakso langganan Presiden yang tinggal di Cikeas. Bang Udin digeret ke lokasi lengkap dengan dandang dan peralatannya.
Bersama Tim Basket Smandel
Yogi, Baskoro, Dicky, the O, Deden, Benny, Arif Darmawan, Mega, Restu
duduk Arief Mooyoto

Bang Franky, tukang bubur motor langganan ibu pejabat tinggi yang tidak etis untuk diungkapkan namanya turut dibajak, kita sebut aja si ibu pejabat bernama Nyonya Genggong yang dulunya preman pasar Cijantung. Sengaja aku tidak meminta bubur, nanti aja, belakangan aku nggak kebagian.Nyesel!.

Cerita mengenai makanan dan minuman nggak perlu berpanjang-panjang, yang pasti enak dan enak banget serta lengkap, ada lunch box untuk vegetarian dari Koni dan serabi, sepupunya cucur tebem sih!
Pemandu Sorak Smandel
Ivone, Bucip, Herry & istri, Ami, Retno, Diah L, Winny, Bowo
duduk: Wenny, Wisnu, Elly, Mundi, Selvi

10 menit berlalu, sepatuku tidak bisa diajak berkompromi, sol sepatu kiriku lepas, tahun lalu lepas yang kanan di rumah Ello saat HBH juga. Aku suka banget memakai sepatu santaiku ini, selain karena hadiah ulang tahun dari anak-anakku, sepatu santaiku memang hanya sepasang.

Aku hampiri Lisa, “Lis, punya sendal jepit nggak?”.
“Ada, sebentar gue ambilin”.
Beberapa menit kemudian aku mendapatkan 2 pasang sendal jepit yang baru dibeli oleh staffnya, keduanya berukuran kecil. Aku pilih yang berwarna hijau, lumayan dari pada nyeker!.
Jadi begitulah teman-teman, mengapa aku memakai sandal jepit, bukan karena nggak sopan atau sok eksis.
Kalau nggak kekecilan sebetulnya enakan pakai sandal jepit, ada yang ngiri juga loh, Udeng misalnya, “Enak banget, elo pake sandal jepit”.

Bersama Tim Bola Bekel Smandel
Eko, Zainal. Indri, Nia, Atun, Elly, Jimbo, Udeng, Didut, the O
Pakaian kami yang blang-blon-teng, itu memang disengaja karena semua motif pakaian kecuali polka dot pernah kami gunakan, makanya dress code kali ini sederhana aja ........ yang penting pakai baju!, nggak pakai celana dalam juga nggak apa-apa.