Wednesday, November 30, 2011
Saturday, September 24, 2011
Sandal Jepit
Baru saja pukul 8
pagi Deden sudah menelpon, “Jadi nggak Men?”, dia sudah nggak sabar ingin
bertemu dengan kawan-kawan di Halal bi Halal Smandel 81. Aku jawab aja kalau
berangkatnya jam 9. Jujur omong, bukan dia aja yang nggak sabar, sebetulnya aku
juga, makanya kami berangkat agak pagi, jam setengah 10 jadinya.
10 lewat sedikit kami sudah sampai di Sate Bang Dul, Cibubur setelah menjemput Deden di pintu gerbang Kemang Pratama 3
10 lewat sedikit kami sudah sampai di Sate Bang Dul, Cibubur setelah menjemput Deden di pintu gerbang Kemang Pratama 3
![]() |
Vocal Group Smandel Jendro, Didut, Eko, Buset, Gelly (nyempil), Restu, Roy, the O, Baskoro, Mustakim, Bucip duduk: Ihya, Harireko (nyempil) Jonny, Azwardi, Zainal, Adit |
Panitia dan bunitia sudah pada tempatnya
masing-masing, Elly asyik membungkus door price, Luci, Diah, dan Lisa mengurus
makanan, Fiera menghitung uang, Rory dan Hendra menemani kawan yang sudah
datang, Mundi sang Emsi mengucapkan kata sambutan saat aku menyalaminya, “Men,
si Eneng tadi telpon nanyain serunya halal bi halal, gue jawab aja, elo baca
aja blognya Chormen”.
Oalah, acara belum aja dimulai sudah dimintain cerita.
Oalah, acara belum aja dimulai sudah dimintain cerita.
Sementara panitia
yang lain, Hariyanto, seperti biasa ..... setelah mengambil honor ... mangkir!
Makanan sudah
siap, untuk sarapan aku memilih lumpia dan bola-bola daging bang Udin, tukang
bakso langganan Presiden yang tinggal di Cikeas. Bang Udin digeret ke lokasi lengkap dengan dandang dan
peralatannya.
![]() |
Bersama Tim Basket Smandel Yogi, Baskoro, Dicky, the O, Deden, Benny, Arif Darmawan, Mega, Restu duduk Arief Mooyoto |
Bang Franky,
tukang bubur motor langganan ibu pejabat tinggi yang tidak etis untuk
diungkapkan namanya turut dibajak, kita sebut aja si ibu pejabat bernama Nyonya
Genggong yang dulunya preman pasar Cijantung. Sengaja aku tidak meminta bubur,
nanti aja, belakangan aku nggak kebagian.Nyesel!.
Cerita mengenai makanan
dan minuman nggak perlu berpanjang-panjang, yang pasti enak dan enak banget
serta lengkap, ada lunch box untuk vegetarian dari Koni dan serabi, sepupunya cucur
tebem sih!
![]() |
Pemandu Sorak Smandel Ivone, Bucip, Herry & istri, Ami, Retno, Diah L, Winny, Bowo duduk: Wenny, Wisnu, Elly, Mundi, Selvi |
10 menit berlalu,
sepatuku tidak bisa diajak berkompromi, sol sepatu kiriku lepas, tahun lalu
lepas yang kanan di rumah Ello saat HBH juga. Aku suka banget memakai sepatu
santaiku ini, selain karena hadiah ulang tahun dari anak-anakku, sepatu
santaiku memang hanya sepasang.
Aku hampiri Lisa,
“Lis, punya sendal jepit nggak?”.
“Ada, sebentar
gue ambilin”.
Beberapa menit
kemudian aku mendapatkan 2 pasang sendal jepit yang baru dibeli oleh staffnya, keduanya berukuran
kecil. Aku pilih yang berwarna hijau, lumayan dari pada nyeker!.
Jadi begitulah teman-teman, mengapa aku memakai sandal jepit, bukan karena nggak sopan atau sok eksis.
Jadi begitulah teman-teman, mengapa aku memakai sandal jepit, bukan karena nggak sopan atau sok eksis.
Kalau nggak
kekecilan sebetulnya enakan pakai sandal jepit, ada yang ngiri juga loh, Udeng
misalnya, “Enak banget, elo pake sandal jepit”.
![]() |
Bersama Tim Bola Bekel Smandel Eko, Zainal. Indri, Nia, Atun, Elly, Jimbo, Udeng, Didut, the O |
Pakaian kami yang
blang-blon-teng, itu memang disengaja
karena semua motif pakaian kecuali polka dot pernah kami gunakan, makanya dress
code kali ini sederhana aja ........ yang penting pakai baju!, nggak pakai
celana dalam juga nggak apa-apa.
Friday, August 12, 2011
Justin Bieber dan Katarak
Setelah tarawih
berjamaah kawan-kawan masih terus berdatangan di acara Bukber 2011, Amita salah
satu diantaranya.
“Amita, kemana
aja kok baru nongol lagi?”.
“Biar nggak
nongol tapi kan gue selalu baca novel-novel elo”.
“Novel apaan?”
“Ah, pura-pura
elo kan selalu nulis cerita-cerita ya kan? the O”.
Setelah membaca
tulisan di atas kamu jangan lantas buru-buru ke toko buku untuk membeli novelku
karena memang belum terbit, membuatnya aja belum. Maksud Amita tentang novel
tadi adalah tulisanku di blog.
Amita salah satu
duta Smandel 81 yang aktif di acara tahun emas, 3 tahun lalu, dia menjadi
Danops, Komandan Operasi Katarak, acara operasi katarak gratis. Jabatan yang
pas dengan profesinya sebagai pimpinan rumah sakit mata terkemuka di negeri
ini.
Amita dulu kuliah
di Fakultas Kedokteran UI bagian Kristen alias UKI, Universitas Kristen
Indonesia. Berkaitan dengan keahliannya aku mencoba menawarkan Amita untuk mengadakan
Baksos Operasi Katarak untuk kalangan sendiri, Smandel 81.
“Iya Mit, gue udah
mulai tumbuh katarak nih”, kata bu Mod yang mendengarkan pembicaraan kami.
“Sebanyak ini?”,
sambil matanya menyapu ongokan manusia Smandelers 81.
“Ya, kalau lo
cape nanti gue yang ngegantiin”, aku menawarkan diri menjadi sukarelawan.
“Elo yang ngegantiin!!!,
gue nggak mau!!!, daripada elo mending gue ngoperasi katarak gue sendiri”, bu
Mod sewot.
Kalau Luki, kakak
suster Nurhayati alias Nunuk’82 lain lagi, dia baru pertama kali datang,
setelah 30 tahun baru pertama kali kelihatan batang hidung, mata, telinga,
tangan, kaki dan lainnya. Dia menyalami semua, cekikikan, masih seperti dulu
bicaranya nyaring cenderung teriak.
Setelah agak
tenang dia mencari tempat duduk sambil matanya menyapu semua orang yang hadir,
tiba dia bicara (harap dibaca teriak) sehingga semua orang di bawah tenda
mendengar.
“Men, kayaknya
dari semua orang yang hadir cuma elo yang kayak Justien Bieber!”.
Ups! Ada juga
yang bilang aku mirip Justin Bieber. Satu lagi pasien katarak Amita.
Aku tersenyum teringat komentarnya Hernowo waktu aku dibilang mirip Franco Nero,
mungkin dia akan bilang “Mirip Justin Bieber yang jatuh dari jurang”.
![]() |
|
Setelah
dipikir-pikir, rencana operasi katarak bareng dibatalin aja, soalnya nanti
nggak ada lagi yang bilang aku mirip justin Bieber!
Patin dan Empek2
Setelah numpang
mandi di rumah masa kecilku di Berlan aku menuju ke bilangan Gatot Subroto
untuk membeli suplemen kesehatan, maklum sudah berumur. Sang kasir memberikan
kupon gratis 3 jam parkir, buat apa selama itu? Kalau aku manfaatkan sepenuhnya
bisa-bisa datang ke markas terlambat.
Buru-buru aku meninggalkan
gedung itu agar terhindar macet, sampai di markas alias Sekretariat angkatanku
belumlah pukul 5 sore, sudah cukup banyak yang datang, setelah kuhitung ada 12
aku menjadi orang ke-13, ups nomor sial. Aku mulai was-was dan mulai menyesali
mengapa pakai aku hitung-hitung segala!. Untung aku sadari bahwa Luci yang
tinggal di Sekretariat pasti sudah datang, jadi aku orang yang ke-14 artinya
nggak sial-sial banget.
Kisna Purwana ’77
aku pastikan sedang tidak siaran sebab Didit hadir di sini, beberapa muka baru
juga hadir, tanda-tanda acara bukber akan sukses sudah kelihatan.
Azan magrib mulai
berkumandang, minuman mulai diserbu, aku memilih es kelapa muda untuk
membatalkan puasaku. Aku belum beranjak jauh dari meja tempat si minuman kelapa
muda bercokol, sehingga aku dapat mendengarkan dialog ini.
“Kok es kelapa
mudanya nggak pake sirup?”.
“Chormen tadi
yang minta sirupnya dipisah!, tuh sirupnya ada di botol”, Fiera si pembawa
kelapa muda menjelaskan.
Setelah memberi
izin beberapa makanan ringan melewati tenggorokanku, aku menuju kamar mandi
untuk berwudhu melewati 3 wanita Smandel 83, cantik-cantik semua, adik Luci,
Yeyen dan seorang yang belum aku tahu namanya. Aku mulai sok akrab.
“Nggak ke
Handayani? Kan ada buka puasa”, buka puasanya alumni berbagai angkatan.
“Enakan disini
.....!!!”, mereka menjawab serempak, aku bilang dalam hati, “Aku juga tahu!”.
Peserta shalat
magrib kian tahun kian banyak termasuk 3 Smandelers 83, ruang makan dan ruang
tamu dipenuhi shalaters. Alhamdulillah!
Tidak semua
makanan yang disajikan aku santap, hanya separuh perut ikan patin bakar dalam
bambu dari Cimanggis, beberapa tusuk sate, asinan betawi dan empek-empek.
“Waduh
bener-bener orang Palembang! Empek-empek makan empek-empek!” Roy berkomentar
saat aku dan kak Ros berbagi lenjeran.
“Ini empek-empek
Garudo yang ada di Kemayoran”, emak Didut menjelaskan.
“Elo ke Kemayoran
dulu?”.
“Kan deket kantor
gue”.
Ketika aku
berjalan melewati Rosana, Rike dan Heppy, pita suara Rosana bergetar,
“Men, elo udah ngisi
absen?”, sambil memperlihatkan daftar hadir.
“Udah!, eh, ada
berapa orang yang dateng?”.
“Sebentar gue
lihat dulu ...., ada 53, sedikit amat! Banyak yang nggak ngisi!”. Di akhir acara
hanya 63 dari 80 orang yang mengisi daftar hadir.
“Diedarin lagi
aja sambil bilang yang ngisi absen bisa foto bareng gue”, aku menyarankan.
“WHAAAAATTTTTT
......!!!”, batak asli Rosana keluar.
“Men...., haa.....ciiiii
.....!!!”, Rike si orang Garut ikut-ikutan, sedangkan Heppy berkomentar kalem,
kayak lembu, mungkin ini yang menyebabkan Rory dulu jatuh hati.
Heppy berkata
lembut, mukanya mengarah ke Rosana, “Ada tip-ex nggak? Gue pingin ngapus nama
gue!”.
Saturday, May 28, 2011
Dear Diary,
Sambil menunggu foto terutama punya Wawan dan komentar kawan-kawan saat Bakti Sosial Taman Bacaan Masyarakat di desa Sawah Luhur, Serang, aku tulis cerita 32 tahun lalu yang aku kasih judul “Dear Diary”, seandainya dulu sudah ada blog aku mungkin memberinya judul “Dear Blog”.
Di Serang aku pingin banget foto bareng Udeng, nama panggilan Puger Indrini yang pernah satu kelas denganku di 1 IPA 2, sampai kawan-kawan bilang, “Ada romantika apa nih zaman di SMA dulu?”. Aku hanya menjawab, “Entar elo baca aja di blog”.
Kebiasaanku dulu menulis diary yang berukuran A4. Aku menulis kejadian seru dan lucu terutama di sekolah, semua orang boleh membacanya, ya ......... kira-kira seperti blogku sekarang ini.
Aku selalu meletakkannya di atas meja supaya dengan mudah menulis kalau ada peristiwa seru, terkadang si diary tidak ada di tempat, biasanya kalau aku lagi celingukan mencarinya nggak berapa lama ada yang bilang, “Men, elo lagi nyari diary ya? Nih, gue lagi baca!”.
Bukan yang congkak, bukan yang sombong kalau aku bilang kawan yang badung sebangsa Saut lebih sering membaca diaryku ketimbang buku pelajaran. Bahkan ada yang lebih ekstrim dengan mengajak si diary bertadang bahkan mungkin juga begadang, “Men, gue pinjem dong! Nanti hari Senin gue balikin”. Basanya aku menulis dengan pinsil kata-kata kunci sebelum aku serahkan, “Wah, gue belum bikin cerita hari ini, gue tulis dikit ya biar gue nggak lupa”.
Udeng salah seorang fans berat diaryku, dia lebih asyik membacanya daripada mengikuti pelajaran.
“Men, pinjem dong! Gue mau baca di pelajaran bu Ani (Bahasa Indonesia)”.
“Emang bu Ani nggak masuk? Perasaan tadi gue lihat deh”.
“Bu Ani sih ada, tapi kan biasanya bu Ani cuma nyatet, nanti gue pinjem catetan orang lain aja”.
Gila bo! Niatnya dilaksanakan bersama rekan sebangkunya, Lela, dengan khusyuk. Mereka pura-pura mencatat yang ada mereka membaca diary, terkadang mereka tertawa dan tersenyum sendiri.
Pernah saat istirahat ketika aku menulis cerita, Udeng menghampiri mejaku, dengan suara memelas dia mulai bicara, “Men, cerita di diary elo asyik banget, cuma yang gue baca selalu cerita orang lain, sekali-kali nape Men, nama gue elo tulis di situ”.
“Ya udah, nanti gue tulis ............., ehhhhhhhh ....... elo mau kemana??? Disini aja ....!”.
Nggak berapa lama aku serahkan si diary ke tangannya.
“Busyet deh Men, cepet banget elo nulisnya”, Udeng mulai membaca, tertawa, lalu memanggil sahabatnya, “Lela, sini deh! Gue udah masuk diarynya Chormen”.
Sehabis membaca mereka tertawa berjamaah.
Senang deh rasanya bisa membuat mereka gembira walau tulisan yang aku buat hanya sederhana.
Udeng pingin banget namanya ditulis di diary, ya udah aku tulis aja “Udeng” di diary ini.
Saturday, May 21, 2011
Tata Boga
Kamu mungkin akan terkejut kalau mengetahui profesi baru kali ini, jangankan kamu, aku aja kaget banget. Kalau dulu selepas khitanan masal dalam rangka Festivital 8, 3 tahun lalu, banyak yang bertanya aku praktek di rumah sakit mana?. Mereka mengira aku seorang dokter. Sekarang profesi baruku lebih gila lagi!
Sebelumnya aku cerita dulu bahwa pagi ini sampai sore hari aku berada di rumah Rory untuk mengikuti pengajian dan silahturahmi angkatanku sambil merayakan ulang tahun Nining, istri pak ustad. Pengajian dengan tema “Shalat” dibawakan secara paket lengkap oleh Rory. Dia sebagai tuan rumah, seksi konsumsi, ustad, pembaca doa, dan photographer. Setelah berfoto-ria Rory menghampiriku sambil berbisik, “Men, Unik tadi bilang jangan foto-foto melulu, ada ceritanya dong!”.
![]() |
Al Mukarom Kyai H. Chormen yang memberikan tausiyah disampingnya Kak Rosana pengagum Pak Kyai |
Kami sempat 2 kali shalat di mesjid yang tengah direnovasi, dzuhur dan ashar, sambil menunggu Mundi, Eni K yang datang bada ashar.
Di toilet mesjid ada tulisan, “Hanya Jin yang merokok di kamar mandi dan toilet”. Tulisan yang cukup mengelitik ini jangan sampai dibaca oleh perusahan rokok, bisa-bisa mereka berlomba-lomba memasang iklan rokok untuk bangsa jin.
![]() |
Biar bagaimana kalau sudah mengaji hati tentram dan damai |
Sewaktu acara makan siang posisiku tidak jauh dari meja makan, biar gampang nambah gitu loh. Makanan yang menemani lasagna, kakap asam anis, terayaki, tumis sawi dan somay bisa dikelompokkan menjadi 2, pertama, makanan wong kito galo berupa tek wan, empek-empek, model, dan yang kedua, makanan wong kito gilo berupa kapal selam, bagaimana nggak gilo kalau kapal selam aja dimakan.
Entah karena tongkronganku seperti seorang master chef, tiba-tiba Titi yang berdiri di sampingku bilang, “Men, kamu tuh dulu kuliah tata boga ya?”. Selagi aku berpikir Titi dapat info dari mana kalau aku master chef, Titipun melanjutkan, “Beruntung banget ya istri kamu, suaminya pinter masak”.
Betul-betul kalimat tadi membuatku bengong.
“Masakan kamu yang mana, Men?”, Titi semakin penasaran.
“Yang ini Ti”, jawabku sambil menunjuk salah satu hidangan, untung Titi nggak bertanya cara memasaknya, sudah pasti aku nggak bisa menjawab kalau ditanya seperti itu.
“Ti, aku dulu punya pengalaman seru deh waktu pertama kali masak ......... Aku dulu tuh masak air aja sampai gosong”.
“Kok bisa gosong? Kan masak air kan biasanya satu panci”.
“Udah gitu ya Ti, aku masak airnya harus buka buku resep”
![]() |
Dimana saja alumni SMANDEL 81 ketemu pasti acara puncaknya foto foto foto |
Sunday, March 20, 2011
Gede Banget!
[D] Dewasa
“Gue studi tur ke Bandung, nginepnya di barak tentara, satu kamar tuh isinya ranjang berjejer, banyaaaaak ........ banget, udah gitu kamar mandinya nggak pake sekat, mandinya bareng-bareng jadi bisa main lihat-lihatan. Yang paling gede temen kita *** (sengaja namanya disamarkan), busyet deh gede banget!”, begitulah Kybo bercerita nostalgia saat studi tur angkatan kami ke Bandung. Aku tidak merasakan karena aku lebih memilih studi tur ke Jogjakarta.
Jujur aja aku ingin sekali mendengarkan cerita tadi lebih mendetil makanya aku yang semula berdiri agak jauh menjalan mendekat ke arah Kybo. Kamu penasaran juga nggak?.
![]() |
Added 20 March · ·
|
Beruntung aku hadir di Cibubur dalam acara reuni Laskar Mariana, namanya yang diambil dari wali kelas kami 3 IPA 4, ibu Mariana, yang terkenal galak dan jutek sehingga aku bisa sharing cerita ini buat kamu.
Aku datang bukan karena iming-iming empek-empek yang dibawa langsung oleh Penyok dari Palembang, bukan karena aneka kue dan buah dari Wenny, Winy dan Liza, bukan juga karena sate kambing muda bang Dul yang yahut itu, tetapi karena ingin bercanda tawa dengan kelas yang bisa bikin ngiri kelas lain. Mumpung aku yang punya blog jadi suka-suka aku mau nulis apa, nggak deng kelas yang lain juga hebat kok.
Aku datang dijemput Bowo di Giant – Bekasi Barat, kalau yang ini bisa bikin kesel Didut yang menyetir mobil sendiri dan pakai acara nyasar ke arah Kampung Rambutan.
“Wo, kok elo jemput Chormen yang rumahnya lebih jauh. Gue kan tetangga elo!”
“Gue nggak tahu!”, Prabowo membela-diri.
![]() |
Added 20 March · · |
Seperti temu kangen pada umumnya, kawan-kawan ngebela-belain datang termasuk Adit yang terbirit-birit bersama keluarganya kembali dari Cimahi. Pembicaran mulai dari super-moon yang terjadi semalam sampai emergency lamp dan warna kaos untuk acara Bansos Rumah Baca dan wish cool Serang - Banten. “Jangan dilihat dari harganya”, pesan penyumbang, tapi ....... dilihat dari warnanya yang hijau menyalah bob. Ayo, siap-siap kita serbu Serang!.
![]() |
Added 20 March · · |
Sekarang aku sudah berada di dekat Kybo, ternyata ada 2 wanita yang tidak bisa menahan rasa penasaran untuk mengetahui siapa sih yang paling gede tadi?. Untuk menjaga reputasi sebaiknya nama mereka tidak aku sebutkan.
“Kybo, nanti kalau reuni kasih tahu ya orangnya yang mana?”, kata wanita pertama.
“Iya Bo, elo ngedipin mata aja deh, paling nggak gue tahu siapa orangnya”, tutur wanita kedua.
Kybopun menjawab, “Ehmm ..........., maksud gue yang gede tuh badannya, orangnya gemuk banget sih soalnya!”.
“Ooooooooo ..... kirain!”.
Subscribe to:
Posts (Atom)